Kemarin dalam perjalanan saya
dengan membawa misi untuk mendapatkan secarik berkas yang ada di rumah kami di
kampung halaman sang bunda, saya bertemu tak menyapa dengan kumpulan anak-anak
atau yang di tulisan saya yang berjudul
iblis berwajah malaikat disebut
Iblis-iblis kecil yang sedang bermain di jalanan, dimana mereka ber-anggota-kan
4 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan (yap! Kalian benar mereka
adalah power rangers) dan mereka hendak memulai suatu permainan, saya tidak
tahu mentempe permainan apa yang akan mereka mainkan, kira-kira begini
pembicaraan mereka:
Anak laki-laki 1: (sambil menujuk
ke arah anak perempuan) hey, kamu gak usah ikutan main soalnya Cuma kamu
satu-satunya anak perempuan disini.
Hmmmmm, dalam pikiran saya mungkin
si anak ini takut kalau nanti terjadi pelecehan seksual terhadap teman
wanitanya ini, bagus! Gentle! Pasti dia akan memiliki bnayak fans wanita ketika
sudah besar.
Anak laki-laki 2: (membenarkan
temannya) iya, lagipula kamu masih anak kecil!
Anak ini merasa dia sudah menjadi
om-om, kasihan, pasti kebanyakan nonkrong sama tukang ojek.
Anak laki-laki 3: (menyangkal
pernyataan temannya) apanya yang anak kecil!? Dia kan sudah kelas 4!
Anak laki-laki ke-4 dan ke-5 dan
juga anak perempuan tidak ikut ambil bagian dalam pembicaraan ini.
Whaaaat the...trus maksudnya
kelas 4 itu udah dewasa dan tidak layak lagi disebut anak kecil lagi? Kalo klas
4 udah dewasa, gimana dengan anak SMP dan SMA atau bahkan yang udah kuliah
kayak saya??
TK: balita (tahap memasuki anak
kecil)
SD kelas 1: anak kecil sejati
SD kelas 2: remaja (dimasa ini
mereka sedang dalam tahap pengenalan apa itu alay)
SD kelas 3: pemuda (masa dimana
sudah mulai coba-coba dengan alay)
SD kelas 4-6: orang dewasa (alay
stadium 2 dan proses pengenalan dengan ibu-ibu dan atau preman-preman di
kompleks)
SMP: orang dewasa (alay stadium 3,
pada tahap ini subjek mulai bergaul dengan ibu-ibu dan atau preman-preman
kompleks)
SMA: orang dewasa (alay stadium 4,
tahap dimana penentuan jati diri, mau lanjut kuliah atau jadi ibu-ibu dan atau preman)
Preman: orang dewasa sejati (bawa
botol minuman dan hobi malakin orang)
Ibu-ibu kompleks: orang dewasa
sejati (pake daster dan hobi gosip)
Kuliah: orang dewasa hampir sempura (masa pemulihan alay namun
menurut riset ada beberapa yang masih belum bisa disembuhkan karena ditahap ini
alay sudah merupakan bagian dari hidup mereka dan bagi mereka alay adalah
bagian dari kreatifitas).
Bekerja dan menikah: orang dewasa
sejati.
Yaaa, mungkin inilah pandangan
anak-anak itu tentang kedewasaan. Mereka ingin menjadi orang dewasa secepatnya.
Namanya juga masih anak-anak, mereka belum tau betapa sulitnya menjadi orang
dewasa
Marilah kita sebagai generasi
muda mendidik anak-anak yang ada disekitar kita agar mereka jangan menjadi "iblis", ketika dewasa jangan menjadi preman atau
jadi ibu-ibu tukang gosip. :)
0 comments:
Post a Comment